Minggu, 12 Juli 2009

Chapter Nine


Chapter 9

Adi melalui kelas 1 Sekolah Menengah Pertama dengan baik. Meskipun memiliki masalah dengan absensi di sekolah, nilai-nilainya mampu menolong dia untuk tidak tinggal kelas. Sekarang Adi duduk di kelas 2. Gedung sekolah yang lama juga sudah selesai direnovasi, dan mereka semua sudah menempati sekolah lama kembali. Adi tidak perlu lagi khawatir tentang naik angkutan umum.

Saat liburan sekolah yang lalu, Adi menginap di rumah Tian, kakak sepupunya, selama dua minggu. Tian yang sudah kuliah seringkali bepergian hingga lewat tengah malam, berkumpul dengan teman-temannya, mengelilingi Jakarta dengan tujuan yang tidak jelas. Adi yang memang merasa dekat sekali dengan Tian, hampir setiap hari ikut dengan Tian, pergi keluar rumah di malam hari dan pulang menjelang matahari terbit. Lama-kelamaan, efek dari kegiatan mereka baru terlihat saat Adi mulai masuk sekolah kembali. Adi yang biasanya tidak terjaga hingga lewat tengah malam, dan tidak terbiasa juga terkena angin malam, terkena penyakit asma di bulan pertama Adi kembali sekolah. Papanya Adi marah besar saat mengetahui apa yang Adi lakukan saat menginap di rumah Tian, tapi papanya Adi tidak menunjukkan amarahnya pada siapapun, dia tetap dengan penuh kasih sayang merawat Adi hingga Adi merasa lebih baik.

Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, dan beberapa hari beristirahat di rumah, Adi kembali masuk ke sekolah. Teman-temannya menanyakan keadaannya saat Adi duduk di kursinya, disebelah temannya Adri. Diantara temannya yang menanyakan keadaannya, hanya Astri yang terus-menerus ingin mendengar cerita Adi tentang liburannya di rumah Tian yang menyebabkan Adi sakit. Astri adalah anak perempuan yang disukai oleh Adi sejak kelas 1, anak perempuan kelas sebelah saat di kelas 1, yang kini duduk didepan Adi di kelas 2 ini. Sepanjang hari saat tidak ada guru, Adi dengan penuh semangat menceritakan pengalamannya melihat-lihat Jakarta saat lewat tengah malam, dan Astri dengan penuh perhatian mendengarkan setiap cerita Adi.

---- 0 ----

Adi mengenal beberapa guru baru di kelas 2 ini. Guru yang mengajarkan biologi, guru sejarah, guru fisika dan guru bahasa Inggris adalah guru-guru baru bagi Adi di kelas 2 ini. Jika selama ini Adi sangat menyukai pelajaran bahasa Inggris dan matematika, maka di kelas 2 ini Adi menemukan mata pelajaran baru yang disukainya, yaitu fisika. Pelajaran yang berhubungan dengan rumus-rumus dan menghitung, membuat Adi sangat tertarik mengikutinya.

Guru fisikanya berasal dari Sumatra Utara, bertubuh kurus, berambut tipis dan terkenal galak. Banyak kakak kelas Adi mengatakan bahwa Pak Sofyan, guru fisika, sering memarahi murid-muridnya. Adi mendapati bahwa Pak Sofyan memang sering memarahi murid-muridnya, karena murid-muridnya yang susah mengerti walau sudah dijelaskan berulang kali. Bahkan ada yang dilarang mengikuti pelajaran Pak Sofyan selama satu semester. Adi sendiri tidak termasuk anak yang mengalami kesulitan mengerti pelajaran yang diberikan Pak Sofyan, dia dan Astri adalah anak yang bisa mengerti hanya dengan satu kali penjelasan dari Pak Sofyan. Karena itu, Adi dan Astri tidak pernah dimarahi olah Pak Sofyan. Bahkan nada berbicara Pak Sofyan pada Adi dan Astri berbeda dengan nada bicara Pak Sofyan pada yang lainnya. Adi sangat menyukai Pak Sofyan. Meskipun Adi pernah terkena hukuman bersama teman-teman sekelas, dijemur di tengah lapangan sekolah, layaknya pakaian yang baru selesai dicuci, Adi tetap menyukai Pak Sofyan.

---- 0 ----

Rahman, sahabat Adi dari Sekolah Dasar, juga bersekolah di Sekolah Menengah Pertama yang sama dengan Adi. Namun karena tidak sekelas, mereka sudah jarang bermain bersama. Dulu sewaktu Sekolah Dasar, Adi sering sekali bermain di rumah Rahman. Koleksi mainan Rahman sangat banyak. Adi sangat senang bermain perang-perangan menggunakan koleksi mainan Rahman. Miniatur tentara lengkap dengan segala pose dan senjata, miniatur karakter komik Donal Bebek seperti Donal, Mickey, miniatur suku Indian, Miniatur Tyrannosaurus Rex, Robot-robotan, lengkap sekali koleksi mainannya.

Kalau tidak bermain mainannya Rahman, mereka biasanya bermain Nintendo Adi yang Adi bawa dari rumahnya. Di kelas 6, Adi tidak perlu membawa Nintendo-nya ke rumah Rahman, karena Rahman sudah punya Nintendo sendiri. Jika tidak melakukan itu juga, biasanya Adi dan Rahman sibuk membaca koleksi majalah dan komik mereka. Mereka sengaja tidak membeli komik dan majalah yang sama, agar bisa saling pinjam-meminjam. Tidak jarang pula Rahman bermain ke rumah Adi, pergi bersama Adi bermain ke rumah Fandi untuk menonton koleksi video Fandi, berjalan kaki sejauh 2 Km ke tempat penyewaan video hanya untuk menyewa film Lion Maru, Megaloman, Zabogar, Goggle V dan Voltus. Banyak sekali hal yang dilakukan Adi dan Rahman bersama-sama saat kecil.

Di Sekolah Menengah Pertama ini, Adi dan Rahman sudah sangat jarang menghabiskan waktu bersama-sama. Adi dan Rahman disibukkan dengan kehidupan baru masing-masing. Adi bermain bersama teman barunya, dan Rahman juga bermain dengan teman barunya. Mereka hanya bertemu di sekolah, dan itu juga hanya mengobrol singkat. Mereka jarang bertemu di kelas Mata Pelajaran Agama, karena Adi sangat jarang mengikuti mata pelajaran itu.

Suatu hari Adi melihat Rahman berjalan berdua dengan Tika, teman sekelas mereka saat Pelajaran Agama. Hari itu, Adi melihat Tika dengan berbeda. Hari itu Tika terlihat sangat cantik dimata Adi. Hari itu Adi benar-benar lupa akan perasaan sukanya kepada Astri. Maka dihari-hari berikutnya, Adi mencoba untuk lebih sering dekat dengan Tika.

Usaha Adi gagal karena ternyata Tika menyukai Rahman. Rahman dan Tika kemudian berpacaran. Adi merasa kecewa. Adi menjadi ketus terhadap Rahman, yang tidak mengerti perubahan sikap Adi disebabkan oleh apa. Sampai suatu hari, Adi mengatai Rahman dengan sebutan Banci. Rahman yang sudah tidak bisa menahan kesabarannya, mendorong tubuh Adi hingga terjatuh, dan kemudian pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Adi tahu bahwa sahabatnya marah kepadanya, terlihat dari wajah Rahman.

Berhari-hari Adi menyesali perbuatannya. Tetapi untuk meminta maaf pada Rahman, Adi belum bisa. Entah karena apa. Mungkin karena ego-nya yang masih besar di usianya saat itu. Untungnya tidak terlalu lama Adi seperti itu. Setelah berhari-hari tidak saling berbicara satu sama lain, Adi memberanikan diri meminta maaf pada Rahman. Rahman memaafkan Adi, dengan syarat Adi tidak lagi mengatai dirinya dengan sebutan Banci. Sejak saat itu hubungan Adi dan Rahman membaik, dan Adi tidak lagi menyukai Tika, karena Tika adalah pacar Rahman.

---- 0 ----

Di kelas Adi, ada dua nama Yanto. Dua orang yang sangat berbeda. Yanto pertama adalah teman sekelas Adi. Orangnya sangat pendiam, tubuhnya tinggi kurus, berkulit putih dan berambut lurus. Yanto pertama ini duduk di pojok belakang kelas, karena tubuhnya yang tinggi pasti akan menghalangi yang lainnya jika ia duduk di deretan depan.

Yanto kedua, adalah guru mata pelajaran Elektronika. Guru yang selalu mengeluarkan lendir yang ada di tenggorokannya berikut suara yang membuat mual. Guru yang juga mengajar di sekolah lain. Guru yang cara mengajarnya sebenarnya baik, hanya saja kelakuannya dengan lendir-lendir di tenggorokannya itu yang mengganggu.

Suatu hari, Yanto pertama datang ke sekolah dengan tubuh yang lemas. Dia baru saja sembuh dari sakit dan memaksakan diri untuk masuk sekolah. Karena lemas dan pusing, Yanto pertama akhirnya merebahkan kepalanya diatas meja dan beristirahat. Pada saat pelajaran Yanto kedua, Yanto pertama tetap tertidur. Yanto kedua kemudian menyadari hal ini, manyadari bahwa Yanto pertama tertidur di dalam kelas, saat pelajarannya. Yanto kedua kemudian mengambil penghapus papan tulis dan melemparkannya ke arah Yanto pertama. Penghapus papan tulis yang terbuat dari kayu dan busa itu mengenai tubuh yanto pertama yang sedang tertidur pulas. Seketika itu juga Yanto pertama terbangun, dan seluruh pasang mata yang ada di dalam kelas tertuju padanya. Pandangan mata kemudian berpindah kepada Yanto kedua saat Yanto kedua mengeluarkan kata-kata, mengusir Yanto pertama dari dalam kelas karena tertidur.

Yanto pertama tidak bergerak, ia hanya menatap dengan kesal kepada Yanto kedua. Tubuhnya yang terkena lemparan penghapus papan tulis terasa sakit. Yanto kedua yang melihat Yanto pertama tidak beranjak, dan hanya menatap dirinya dengan tatapan menantang, bergerak mendekati Yanto pertama. Tangan Yanto kedua menarik kerah baju Yanto pertama dan mencoba mengangkatnya untuk berdiri. Yanto pertama menepis tangan Yanto kedua sehingga cengkraman pada kerah bajunya terlepas dan ia duduk kembali. Kesal dengan kelakuan Yanto pertama, Yanto kedua melayangkan sebuah pukulan ke wajah Yanto pertama. Seisi kelas tercengang dengan pemandangan yang baru saja mereka lihat. Pipi Yanto pertama yang putih seketika itu menjadi merah karena pukulan Yanto kedua. Yanto kedua kembali mengusir Yanto pertama keluar kelas, tetapi Yanto pertama tetap diam saja.

Seisi kelas kemudian melihat Astri berjalan menghampiri kedua Yanto.
“Maaf pak, Yanto sedang sakit, karena itu dia tidur. Biar saya antar Yanto ke ruang UKS pak” kata Astri kepada Yanto kedua.
Astri kemudian mengajak Yanto pertama keluar kelas. Yanto pertama menuruti ajakan Astri dan kemudian berdiri untuk meninggalkan kelas. Setelah Yanto pertama keluar kelas, pelajaran dilanjutkan kembali. Adi menahan air matanya yang sudah akan terjatuh. Adi terharu melihat kebaikan Astri.

---- 0 ----

Saat ujian kenaikan kelas, Adi terbaring di rumah karena sakit. Adi tidak bisa mengikuti ujian karena dirinya sakit Typhus. Pemikiran bahwa dirinya tidak akan naik kelas karena tidak ujian menghampiri Adi saat ia terbaring lemah di tempat tidurnya. Bayangan bahwa dirinya tidak akan sekelas lagi dengan Astri juga menghampiri, dan semakin menambah sedih dirinya. Adi terus terbaring di rumah sampai ujian berakhir.

Sehari setelah ujian berakhir, Adi memaksakan diri pergi ke sekolah, karena Papanya Adi mendapat kabar dari Pak Sofyan, Guru Fisika, bahwa Adi bisa mengikuti ujian susulan yang diadakan hari itu. Tanpa persiapan mempelajari apapun, Adi pergi bersama Papanya ke sekolah. Setibanya di sekolah, Adi dan Papanya menerima kabar bahwa ujian susulan akan diadakan setelah jam pulang sekolah, dan untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan. Karena masih agak lama, Adi dan Papanya memutuskan untuk menunggu bersama dengan Pak Sofyan di ruangan Laboratorium fisika yang terletak di lantai dasar, tepat dibawah kelas Adi.

Tidak lama kemudian, Adi pergi ke toilet. Saat berjalan kembali dari toilet, Adi berpapasan dengan Astri.
“Hey, Adi, sudah sehat kamu?” sapa Astri.
“Belum, ini mau ujian susulan aja” jawab Adi.
“Ujian susulan? Dimana Di?”
“Di Lab Fisika”
“Tunggu sebentar ya Di, aku punya sesuatu”
Astri kemudian dengan tergesa-gesa menaiki tangga untuk kembali ke dalam kelas. Tidak lama kemudian Astri kembali membawa beberapa buku catatan miliknya.
“Adi, waktu kamu tidak masuk, ada pembahasan soal ujian yang mungkin keluar, kamu pelajarin aja dulu sebentar ya Di, mudah-mudahan bisa bantu” kata Astri sambil menyerahkan buku-buku itu pada Adi yang menunggu terduduk di anak tangga.
“Makasih ya Tri” ucap Adi manarima buku-buku catatan Astri.
“Ya sudah, aku mau ke ruang guru Di. Selamat ujian ya Di, mudah-mudahan berhasil” Astri beranjak meninggalkan Adi yang berdiri terpaku di tempat yang sama. Adi yang menahan air matanya. Adi yang lagi-lagi terharu dengan kebaikan Astri.

Adi kemudian kembali ke dalam laboratorium, dimana Papanya dan Pak Sofyan sedang bermain catur. Adi membuka-buka buku catatan Astri, dan mempelajarinya dengan seksama. Setelah bel pulang berbunyi, Pak Sofyan pergi keluar untuk kemudian kembali lagi membawa soal ujian dan lembar jawabannya. Adi mengerjakan seluruh soal ujian hingga sore hari. Kepalanya seperti mau pecah. Untunglah Astri memberikan buku catatannya, sehingga Adi masih bisa mengerjakan sebagian besar soal yang diujikan. Selain catatan Astri, yang membantu Adi bersemangat mengerjakan soal adalah kehadiran Astri di luar ruang lab. Astri yang berkali-kali mengintip kedalam ruangan untuk melihat Adi mengerjakan soal. Astri yang berkali-kali tersenyum pada Adi dari balik jendela.

Followers

Powered By Blogger
 

Diary Of A Normal Man Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez