Kamis, 23 April 2009

Chapter Five


Chapter 5

Papa Adi adalah perokok. Sampai Adi duduk di kelas 4 hampir tidak ada hari dimana Adi melihat papanya tidak merokok. Hal itu membuat Adi berpikir, apa enaknya merokok? Adi juga melihat di televisi, tokoh-tokoh dalam film seringkali merokok, terutama jika filmnya tentang mafia Italia, dimana pimpinannya biasanya menghisap cerutu. Adi sering mengikuti gaya merokok dalam film dengan menggunakan pulpen atau pensil sebagai pengganti rokok.

Rasa penasaran Adi terhadap rasa rokok memuncak. Sampai suatu hari, Adi di rumah hanya dengan kakaknya dan pembantu rumah. Kakaknya sedang tertidur, dan pembantunya sedang sibuk di dapur. Adi menemukan bungkus rokok papanya yang tertinggal. Papanya pergi dengan murid-murid papanya, entah kemana. Menemukan rokok menganggur seperti itu, Adi langsung berlari ke dapur dan mencari korek api. Setelah menemukan yang dicari, Adi kembali ke kamar dan mulai menyalakan rokok. Adi menghisap rokok itu, dan kemudian membuang asapnya. Adi kemudian menjilati bibirnya, terasa manis. Adi penasaran ingin melihat seperti apa dirinya yang sedang merokok. Adi kemudian duduk di depan cermin sambil terus menghisap rokok. Adi mencoba berbagai cara mengeluarkan asap dari mulutnya, mulai dari menghembuskannya ke depan seperti biasa, menghembuskan dari pinggir mulutnya, dan bahkan mencoba membuat bentuk lingkaran seperti apa yang dia lihat di salah satu cerita bergambar keluaran luar negeri.

Percobaan rokok pertamanya terhenti saat Adi mendengar suara pintu kamar kakaknya terbuka. Dengan segera Adi mematikan rokok dan mengibas-ngibaskan tangannya pada kepulan asap rokok yang tersisa. Setelah beberapa saat, pintu kamar kakaknya kembali terbuka dan tertutup. Sepertinya kakaknya hanya pergi ke kamar mandi. Adi kemudian membakar kembali sisa rokok yang tadi dia matikan, dan menghisapnya lagi. Mulai saat itu, setiap rokok papanya tertinggal, Adi pasti menghisapnya.

---- 0 ----

Jam di dinding menunjukkan waktu pukul 18.25 WIB. Adi, papa dan kakaknya sedang menonton televisi. Tiba-tiba topsi menggonggong. Dengan sigap, Adi pergi keluar dan melihat siapa yang datang. Adi melihat dua orang temannya berdiri diluar pagar rumahnya. Mereka memanggil-manggil nama Adi. Adi kemudian keluar dan menghampiri mereka.

Ada apaan malem-malem?” Tanya Adi.

“Di, keluar yuk sebentar, ikut gue ma Indro” kata Jupri, salah satu temannya.

“Ya udah, tunggu ya, gue bilang papa dulu”

“Eh Di, bawa uang ya” tambah Jupri.

“Buat apaan?”

“Udah, bawa aja

Walaupun tidak mengerti untuk apa, Adi masuk kedalam dan meminta ijin pada papanya. Tentu saja Adi tidak lupa membawa sisa uang jajannya hari ini.

Ada apa sih Pri?” Tanya Adi pada Jupri setelah mereka mulai berjalan meninggalkan rumah Adi.

Gue ma Indro mau beli rokok, lu mau kan?”

“Beli? Mang berapa?”

Lu bawa berapa?”

Gopek” jawab Adi sambil mengeluarkan lima lembar uang seratus rupiah.

Lu Ndro, bawa berapa?” Jupri bertanya pada Indro.

“Tiga setengah nih” jawab hendro sambil mengeluarkan tiga keping uang seratus rupiah dan sekeping uang lima puluh rupiah.

“Sini, kumpulin duit lu semua” Jupri mengumpulkan uang yang dibawa Adi dan Indro, dan kemudian memasukkan kedalam sakunya.

Lu berdua tunggu disini, gue ke warung dulu. Korek lu bawa kan Dro?” kata Jupri seraya meninggalkan Adi dan Indro tanpa menunggu jawaban Indro.

Emang lu merokok Dro?” tanya Adi.

Gue baru mau coba nih. Lu?”

Gue sering kalau dirumah”

“Wah, sama kaya Jupri lu. Enak banget. Gak dimarahin lu?”

“Kalau ketahuan ya dimarahin lah”

Tidak lama kemudian Jupri datang membawa sebungkus rokok yang sama dengan rokok papanya Adi. Jupri membuka bungkusnya dan masing-masing dari mereka mengambil satu batang.

Lu kok merokoknya kaya gitu di? Kaya baru belajar aja” kata Jupri.

Emang kenapa?”

“Ditarik dong asapnya, kaya gue nih” jawab Jupri sambil memperagakan gaya merokoknya.

“Oh gitu”

Lu juga Dro, ditarik”

Adi dan Indro mencoba melakukan apa yang ditunjukkan Jupri. Adi dan Indro terbatuk saat pertama menghirup asap rokok dan menelannya. Lama-kelamaan, Adi mulai terbiasa sementara Indro yang memang baru pertama kali menghisap rokok masih terbatuk-batuk. Jupri hanya tertawa melihat Indro. Mereka bertiga merokok sampai jam 9 malam. Sebelum pulang, Jupri mengingatkan Adi dan Indro supaya mereka mengganti baju sesegera mungkin setelah mereka tiba di rumah masing-masing. Menurut Jupri, supaya Adi dan Indro tidak ketahuan merokok oleh orang tua mereka.

---- 0 ----

Di suatu malam, Adi sedang bersama kakak sepupunya sedang menonton film video betamax. Papanya sedang bertugas diluar kota dan baru akan kembali dalam beberapa hari kedepan. Adi tidak bisa ikut papanya kali ini karena harus sekolah. Kakak sepupunya diminta oleh papanya Adi untuk menjaga Adi dan kakaknya, karena hamper seluruh isi rumah berangkat dengan papanya Adi. Kakak sepupu Adi bernama Tian. Adi sudah menganggap Tian seperti kakak laki-lakinya sendiri. Adi bahkan mengidolakan Tian.

Sedang serunya menonton film, tiba-tiba topsi mengonggong. Seperti biasa, Adi adalah yang paling cepat untuk berlari keluar dan melihat siapa yang menarik perhatian anjingnya itu. Adi melihat dari balik jendela, seorang wanita membawa dua buah tas. Adi mengenali wajah wanita itu, yang belum menyadari bahwa Adi sedang melihatnya. Wanita yang datang malam itu adalah…..Mamanya.

Kakaknya yang tiba kemudian, langsung membuka pintu dan setengah berlari menghampiri mamanya.

“Mama!” ujar kakaknya seraya memeluk tubuh mamanya.

“Hai. Wah, sudah besar kamu. Kelas berapa sekarang?”

“Aku sudah SMP ma. Mama dari mana? Langsung dari Cikembar?”

Enggak. Mama dari rumah teman mama. Papa kamu ada?”

“Papa ke Cikembar”

“Oh….Mama boleh masuk Gi?”

“Oh iya, masuk ma”

Mama dan kakaknya beranjak dari teras memasuki rumah. Setelah menutup pintu masuk, mata mamanya terhenti pada sosok Adi yang berdiri terpaku melihat sosok mamanya. Adi tidak dapat mempercayai penglihatannya.

“Adi? Ini Adi? Ya ampun..besar sekali kamu Di” kata mamanya dan melangkah mendekati Adi.

Adi hanya berdiri diam, tidak berusaha menghampiri dan tidak berusaha menjauh juga. Dalam hatinya terjadi peperangan yang dahsyat antara rindu dan benci. Satu sisi dia sangat merindukan mamanya, tapi di sisi lain dia sangat membenci mamanya yang telah meninggalkan keluarga mereka sejak Adi kecil. Tangan mamanya meraih dan memeluk Adi. Adi tidak membalas pelukan mamanya, nampaknya rasa benci sedang unggul dibanding rasa rindunya.

“Kamu kelas berapa Di, sekarang?” Tanya mamanya.

“Empat” jawabnya seadanya.

“Besar ya kamu sekarang..” Tanya mamanya lagi sambil melepaskan pelukan dan mengamati Adi dari atas ke bawah.

“Iya”

“Ma, ke kamarku yuk” ajak kakaknya kepada mamanya.

“Ayo. Mama ke kamar kak Anggi ya Di” mamanya membawa tas-tasnya dan beranjak menuju kamar Anggi, kakaknya Adi.

“Oh ma, ingat kan? Ini Tian” kata kakaknya saat melewati kamar Adi dan mamanya melihat Tian.

“Oh..ini anaknya tante Mona ya?” Tanya mamanya pada Tian

“Iya” Anggi, Tian dan Adi menjawab bersamaan. Mamanya hanya tersenyum kecil mendengarnya, kemudian masuk ke dalam kamar Anggi. Anggi kemudian menyusul dan menutup pintu kamarnya, setelah sebelumnya menyempatkan membalik tulisan “Ada di dalam” menjadi tulisan “Jangan Ganggu” di pintu kamarnya. Adi dan Tian masuk ke dalam kamar Adi dan meneruskan film Lion Maru yang tadi sedang ditonton.

---- 0 ----

Tujuan mamanya datang malam itu selain untuk bertemu kedua anaknya, juga untuk menjual sebuah Video Game Nintendo pada papanya. Berhubung papanya sedang di Cikembar, mamanya menginap sampai papanya pulang. Selama mamanya menginap, makanan di rumah menjadi lebih enak. Mamanya memang jago memasak. Setelah papanya pulang, tidak terlalu lama kemudian mamanya pergi dari rumah itu. Papanya Adi telah membayar video game yang dijual oleh mamanya, dan memberikannya kepada Adi.

Adi senang bukan main. Sekarang dia tidak perlu menyebrang rumah untuk bermain video game. Adi tidak perlu mengeluarkan uang untuk bermain video game. Biarpun awalnya video game itu bermasalah, tapi setelah diperbaiki video game itu menjadi benda kesayangan baru Adi.

Sejak punya video game itu, Adi mulai sering mengajak teman-temannya untuk bermain di rumahnya sepulang sekolah. Kalau mereka bosan bermain video game, mereka bisa menonton film video betamax, bermain dengan mainan Adi yang banyak, atau hanya makan siang, menikmati masakan yang dibuat Adi. Ya, sejak beberapa tahun lalu keluarga Adi memutuskan untuk tidak lagi memakai jasa pembantu rumah tangga. Oleh karena itu, Adi kemudian menjadi terbiasa melakukan segala sesuatu sendiri, termasuk memasak.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Powered By Blogger
 

Diary Of A Normal Man Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez