Kamis, 23 April 2009

Chapter Two


Chapter 2


Beberapa tahun telah berlalu sejak Adi terakhir bertemu mamanya…


Dulu Adi berbadan kurus, kini ia tumbuh menjadi seorang anak berbadan gemuk. Adi sudah lancar membaca sejak umur 4 tahun, karena kegemarannya menonton film yang disertai teks di televisi. Selain membaca, kegemarannya menonton juga membantunya mengenal kata-kata dalam bahasa Inggris. Sejak bisa membaca, berlembar-lembar koran yang dibeli papanya habis dibacanya. Adi juga mulai menyukai buku cerita bergambar milik kakaknya, dan merengek kepada papanya supaya bisa berlangganan buku cerita bergambar untuk dirinya sendiri.


Hari-hari Adi kecil agak berbeda dengan anak-anak lain sebayanya. Jika anak-anak seusianya mulai bermain bersama, belajar bersepeda, atau melakukan hal-hal lain bersama teman-temannya, Adi menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk menonton televisi dan membaca. Kalaupun bermain, dia akan bermain dengan kakaknya, pembantunya, Topsii -- anjingnya -- atau dengan murid-murid papanya yang tinggal bersama mereka.


Adi kecil mulai bersekolah di taman kanak-kanak. Sebuah pengalaman yang baru untuk Adi. Di sana dia diharuskan mengenal dan berbaur dengan anak-anak seusianya, bermain, dan bercanda bersama-sama. Awalnya memang sulit bagi Adi, tapi lama-kelamaan dia mulai bisa bermain bersama, berbagi alat permainan dengan yang lain, dan bahkan mulai berteman dekat dengan beberapa orang. Salah satunya adalah Eko. Awal kedekatan Adi dan Eko adalah saat mereka bertengkar memperebutkan ayunan. Saat itu ayunan yang tersedia hanya satu, karena yang satu lagi sedang diperbaiki. Adi yang saat itu masih lebih senang menyendiri, lebih memilih bermain ayunan sendiri sambil memperhatikan anak-anak lain bermain. Namun karena ayunannya sedang dipakai Eko, Adi kemudian marah dan langsung menghentikan ayunan yang sedang dimainkan oleh Eko. Keduanya kemudian dibawa oleh guru dan didamaikan. Tapi setelah kejadian itu, Ade dan Eko justru menjadi dekat. Pertemanan mereka hanya berlangsung satu tahun, karena di tahun berikutnya Eko sudah masuk sekolah dasar.


---- 0 ----


Besok adalah hari perayaan Natal di sekolah TK tempat Adi bersekolah. Katanya, setiap anak yang datang ke perayaan itu akan mendapat kado dari Sinterklas. Kabar kedatangan Sinterklas ke sekolah sudah didengar Adi sejak seminggu sebelumnya. Adi yang sebelumnya belum pernah melihat Sinterklas, langsung mengajukan begitu banyak pertanyaan kepada papanya.


“Pa, Sinterklas itu siapa?”


“Sinterklas itu orang baik hati yang senang membagikan hadiah bagi anak-anak Tuhan.”


“Datang dari mana?”


“Sinterklas itu dari Kutub Utara.”


“Kutub Utara? Kutub Utara di mana, Pa?”


“Kutub Utara di luar negeri.”


“Seperti apa tempatnya?”


“Tempatnya dingin, banyak salju dan es, penguin dan orang-orang Eskimo.”


“Oh, tempatnya orang Eskimo. Siterklas tahu dari mana hadiah yang semua orang mau?”


“Anak-anak tulis surat ke Sinterklas. Nanti kalau mereka baik dan tidak nakal, Sinterklas datang membawa hadiahnya saat Natal.”


“Tulis surat? Semua bisa ya, Pa? Minta apa saja bisa ya?”


“Bisa.”


Adi langsung berlari ke kamarnya dan mulai menulis surat untuk Sinterklas. Setelah selesai, surat itu diserahkan kepada papanya supaya surat itu bisa dikirim ke Sinterklas. Ketika Adi tidur, diam-diam papanya menempelkan surat Adi di depan pintu kamar, dan tersenyum saat membaca surat itu kembali…


“Untuk Sinterklas di Kutub Utara. Sinterklas yang baik, untuk hadiah Natal tahun ini, saya mau satu panda dan satu koala. Terima kasih Sinterklas. NB. Jangan lupa pohon bambu dan pohon ekaliptus yang banyak untuk makanan panda dan koala.”


---- 0 ----


Akhirnya hari yang ditunggu tiba. Hari di mana Adi akan mendapatkan hadiah dari Sinterklas untuk pertama kalinya. Dengan penuh semangat Adi berangkat ke sekolah diantar papanya, bahkan beberapa kali Adi harus menarik papanya untuk berjalan lebih cepat. Sesampainya di sekolah, Bu Guru memberitahu bahwa Sinterklas belum datang, jadi Adi bermain-main dulu dengan teman-temannya.


Saat Sinterklas datang, Adi tidak sabar menunggu di tempat duduknya, menunggu gilirannya dipanggil ke atas panggung. Matanya tidak pernah lepas dari Sinterklas dan karung yang berisi hadiah. Adi bertanya-tanya dalam hati “Di mana panda dan koalanya?” Karena serius memperhatikan Sinterklas dan karung hadiah, Adi tidak memperhatikan beberapa temannya yang turun dari panggung sambil menangis tersedu-sedu.


Giliran Adi untuk naik ke panggung. Dengan bersemangat, Adi setengah berlari menuju panggung. Saat dia berada di panggung dan hampir berhadapan dengan Sinterklas, tiba-tiba sebuah tangan menahannya dan membalikkan badannya. Seseorang yang bermuka sangat hitam, berbibir merah, berbaju yang juga hitam dengan topi hijau, berdiri di hadapan Adi. Orang itu memegang karung kosong dan sapu lidi.


“Nama kamu siapa?” Tanya orang itu.


“Sa…Saya Adi...”


“Mau apa kamu?”


“Ma... Mau ketemu Sinterklas...”


“Tidak boleh. Kamu anak nakal, anak nakal tidak dapat hadiah dari Sinterklas.”


“T...Ta…Tapi…” Adi mulai menangis.


“Anak nakal Saya bawa, tidak boleh ketemu Sinterklas," kata orang hitam itu sambil berusaha memasukkan Adi ke dalam karung dan menyentuhkan sapu lidi ke kaki Adi.


“G... Ga… Ga mau…huu..huu…” Tangis Adi semakin keras. Orang hitam itu terlihat kebingungan, lalu melepaskan Adi dan menyuruh Adi untuk segera menuju Sinterklas.


Akhirnya Adi bertemu dengan Sinterklas. Tapi Adi masih menangis tersedu-sedu. Sinterklas mencoba menenangkan Adi, tapi tangis Adi tidak berhenti. Setelah Sinterklas menyerahkan hadiah untuk Adi dan berfoto bersama Adi, Sinterklas mempersilahkan Adi turun. Adi langsung berlari ke tempat papanya duduk. Dan dari papanya, Adi akhirnya mengetahui bahwa orang-orang hitam yang jahat itu bernama Pit Hitam. Sejak saat itu Adi sangat benci dengan Pit Hitam.


---- 0 ----


Selama bersekolah di taman kanak-kanak, Adi seolah menemukan sosok “ibu baru” dalam diri ibu guru yang selama ini mengajarnya. Bu Guru sangat baik, selalu memperhatikan dirinya, selalu berbicara lembut, dan selalu tersenyum riang.


Suatu hari di awal tahun, Adi dan papanya pergi ke sebuah gedung besar. Papanya bilang, mereka akan pergi ke sebuah pesta. Bagi Adi kecil, pesta adalah tempat di mana banyak makanan enak. Adi menjadi sangat bersemangat pergi ke pesta itu.


Setibanya di gedung besar, ternyata teman-teman sekolah Adi juga datang ke pesta itu. Jadilah Adi berlari-lari dan bermain-main dengan teman-temannya. Adi kecil tidak tahu bahwa hari itu Bu Guru yang disayanginya menikah. Adi tidak tahu bahwa saat itu adalah hari terakhirnya ia melihat Bu Guru, karena Bu Guru akan pindah keluar kota mengikuti suaminya. Papa dan Bu Guru merahasiakan hal itu dari Adi, karena mereka tahu Adi akan sangat sedih.


Dan mereka benar…


Hatinya hancur saat ia tahu bahwa Bu Guru yang disayanginya tidak hadir di kelas selama beberapa hari. Adi mengerti bahwa Bu Guru akhirnya juga pergi meninggalkan dia, sama seperti mamanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Powered By Blogger
 

Diary Of A Normal Man Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez